3D Printing
3D Printing ©Saladplate

Malas Masak? Tenang, 3D Printing Kini Dikembangkan untuk Membuat Makanan

Setiap orang perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan yang tepat dan nilai gizi yang sesuai. 3D Printing adalah teknologi yang dapat mengatasi kelaparan di negara di mana bahan-bahan segar sulit untuk diakses. Industri makanan global mengadopsi teknologi pencetakan 3D untuk membuat produksi makanan lebih efisien dan semakin berkelanjutan.

Apa itu 3D Printing?

3D Printing adalah teknik untuk pembuatan objek tiga dimensi dengan akurasi dan kualitas finishing yang tinggi dalam dimensinya.  Di sektor makanan, pencetakan 3D menghasilkan manfaat secara luas di berbagai bidang, seperti desain makanan custom, nutrisi yang menyesuaikan konsumen, dan sumber bahan makanan yang tersedia secara lebih luas.

Printer makanan 3D terdiri dari jarum suntik atau cartridge food grade yang menampung bahan, item makanan asli, dan menyimpan lapisan pecahan yang tepat melalui nozzle food grade langsung ke piring atau permukaan lain dengan cara lapis demi lapis. Metode lainnya adalah menggunakan metode berbasis cetakan di mana mesin makanan cetak 3D berfungsi untuk memberi bentuk pada adonan dengan bantuan wadah berlubang atau kotak cetakan. 3D Printing membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak untuk bekerja sama. Printer makanan 3D canggih  dengan antarmuka yang sederhana dan resep yang dimuat sebelumnya dengan desain yang dapat terproses dengan mudah oleh komputer atau bahkan dengan perangkat seluler atau IoT.

Beberapa kendala yang perlu menjadi perhatian

  1. Keamanan pangan menjadi perhatian yang signifikan. Proses 3D Printing memproses makanan dalam waktu tertentu, yang  membatasi memasak makanan pada suhu tertentu atau dapat mengakibatkan suhu yang berfluktuasi karena mikroba dapat tumbuh dan mencemari makanan. Oleh karena itu, untuk menghindari masalah terkait kontaminasi, produsen harus mengikuti praktik dan pedoman standar tertentu saat memproses makanan.
  2. Produsen makanan tidak dapat menggunakan semua bahan pada saat memasak konvensional. Setiap bahan memiliki persyaratan penyimpanan dan pemasakan, seperti suhu optimum yang harus terpenuhi. Semua bahan tidak dapat ditempatkan bersama dalam satu wadah saat membuat makanan melalui pencetakan 3D
  3. Penggunaan mesin cetak 3D membutuhkan tenaga terampil. Pelatihan yang sesuai kepada individu tentang cara menggunakan printer 3D untuk pembuatan makanan, yang menghasilkan investasi berbiaya tinggi. Basis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin menambah biaya untuk tujuan pelatihan. Selain itu, printer 3D mahal, dengan harga berkisar antara USD 1.000 hingga USD 5.000. Penggunaan tenaga kerja terampil dan biaya mesin memberikan beban besar pada produsen.

Skenario Pasar

Pertumbuhan teknologi 3D Printing di pasar tergantung pada beberapa faktor, seperti meningkatnya permintaan produk makanan cetak 3D di pasar dan perspektif kesehatan. Konsumen, dengan bantuan internet, dapat memeriksa database online untuk resep untuk merancang diet sehat mereka dengan menggunakan bahan yang tepat dalam makanan. Sebelum tahun 2014, metode pencetakan makanan sangat rumit. Namun, saat ini, pemain manufaktur makanan menunjukkan minat pada teknologi pencetakan 3D untuk pembuatan makanan. Para pemain ini beralih dari metode persiapan makanan konvensional ke teknologi canggih, seperti pencetakan 3D

Kesimpulan

Teknologi 3D Printing dalam industri makanan menawarkan kemungkinan baru, seperti personalisasi nutrisi, memasak otomatis, pengurangan pemborosan makanan, dll. Teknologi 3D Printing dalam industri makanan ini dapat memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi dalam hal nutrisi personalisasi, pemborosan makanan, permintaan, dan ketersediaan makanan. Ini adalah teknologi yang berkembang yang memiliki banyak manfaat, seperti menghemat waktu, sangat efisien, berkelanjutan, dan banyak lagi. Saat ini, perusahaan manufaktur makanan bergerak menuju metode yang dapat membantu mereka menggunakan bahan makanan dengan cara yang benar untuk membuat makanan yang sehat dan enak untuk mengurangi pemborosan makanan. Jumlah penduduk dunia meningkat dengan pesat, sehingga akan terjadi peningkatan permintaan pangan serta pemborosan akan menyebabkan kelangkaan sumber pangan. Situasi ini membutuhkan teknologi baru, seperti 3D Printing, yang dapat  menggunakan sumber daya makanan secara efisien

Secara global, ada berbagai printer prototipe yang tersedia untuk produksi makanan. 3D Printing akan terus berkembang sebagai teknologi luar biasa dalam industri makanan; namun, adopsi yang tinggi kemungkinan akan datang dari perusahaan yang berfokus pada inovasi produk dan/atau strategi langsung ke konsumen