Screen Time Saat Pandemi Menjadi Penyebab Psikosomatik

Pada berita kali ini, penulis ingin membahas tentang psikosomatik yang pernah teman penulis alami saat pandemi dan juga hasil riset. Saat masa pandemi ini mungkin kita selalu membaca tentang berita baik tentang pandemi, COVID-19 atau yang lain. Hanya saja kita sebagai pembaca harus lebih bijak untuk dalam membaca berita dan dapat memilah mana yang valid dan tidak.

Sebelum membahas tentang dampak Screen Time yang menyebabkan Psikosomatik, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu psikosomatik.

Tentang Psikosomatik

Psikosomatik adalah rasa khawatir dan cemas yang berlebihan akibat sering mendapatkan atau menerima informasi terkait virus COVID-19. Banyaknya informasi yang datang di media cetak maupun media elektronik dalam memberitakan seberapa banyak masyarakat yang sudah terpapar virus covid-19 agar masyarakat yang masih sehat lebih peduli terhadap kesehatan diri sendiri maupun keluarga justru membawa beberapa dampak negatif ke beberapa orang.

Dengan hal ini, Psikosomatik berkaitan erat dengan kesehatan mental selama pandemi dan menjadi hal khusus yang harus kita perhatikan bahwa bukan hanya fisik yang kuat tetapi juga harus seiring dengan mental yang sehat.

Selama pandemi, setelah ada psikosomatik muncul istilah baru bernama Pandemic Fatigue. Sebelum COVID-19, Indonesia belum pernah mengalami sebuah pandemi jadi itu adalah istilah asing yang baru terdengar oleh masyarakat.

Sudah satu tahun lebih perjalanan pandemi di Indonesia dan kasusnya terus menerus bertambah setiap harinya, itu bisa menyebabkan seseorang terkena Kelelahan Pandemi atau Pandemic Fatigue yang artinya dimana seseorang merasa Lelah karena ketidakpastian kapan akan berakhir pandemi ini yang menyebabkan akan ketidakpatuhan menjalani protocol kesehatan.

Sejak awal pandemi, kita harus bisa menyesuaikan keadaan dimana pun dan apapun kondisinya. Pandemi ini menyebabkan Culture Shock dan tidak heran banyak masyarakat yang melakukan Panic Buying karena adanya perbedaan budaya dengan sebelumnya. Psikosomatik ternilsi sebagai bahan adaptasi dengan menerapkan protokol Kesehatan yang pemerintah anjurkan.

Dengan keadaan yang monoton, tidak heran bahwa banyak orang yang dengan perlahan meninggalkan kegiatan yang mereka lakukan pada awal pandemi.

Hubungan Screen TIme dengan Psikosomatik

Saat pandemi, kita harus bisa tetap aktif walaupun hanya di dalam rumah saja. Menghalau kecemasan bisa melakukan kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan itu bisa berupa, membaca, menggambar, berkebun, memasak, dan lain sebagainya. Walaupun di rumah saja kita bisa menghasilkan sebuah karya dan produktif.

Bagi pelajar maupun mahasiswa, bisa mengikuti sebuah webinar (web seminar). Interaksi dan bisa bertukar pikiran maupun ilmu bisa kita anggap menghalau rasa cemas karena pikiran kita tidak terfokus dalam satu hal saja.

Sejalan dengan pengalaman pribadi, psikosomatik itu tercipta oleh kita sendiri dan bisa kita sembuhi oleh cara kita sendiri. Apabila mempunyai penyakit bawaan itu harus dengan pantauan ahli.

Apabila kita mempunyai jiwa yang stabil dan dalam keadaan senang psikosomatik itu tidak datang. Intinya, dalam keadaan seperti ini, kita harus tetap semangat dalam menjalankan hari walaupun ada beberapa hal yang berubah. Dengan mengisi waktu luang dengan hal-hal positif serta istirahat yang cukup, kecemasaan itu tidak datang dan tidak akan ada yang namanya psikosomatik.

 

 

Baca juga : Mengenal Chromium