Tren Ikoy-ikoyan, Netizen dan Mental Pengemis

Belakangan ini, tren “ikoy-ikoyan” yang bersliweran di medos bermula pada akun AriefMuhammad. Banyak influencer yang ngadain ikoy-ikoyan atas dasar permintaan netizen yang nge-DM mereka.

Bener sih, kala pandemi seperti sekarang ini, chairty giveaway bisa jadi “angin segar” buat masyarakat saat ini.

Cuma nih, Ada Cumanya

Sejak munculnya tren ikoy-ikoyan ini dianggap mengajarkan warganet memiliki mental mengemis dengan meminta-minta pada orang yang tak dikenal.

Program berbagi yang viral itu memberikan dampak pada sejumlah selebgram lainnya yang ditodong warganet untuk melakukan hal serupa. Mereka diminta untuk membagikan sejumlah uang atau barang untuk para followersnya.

Beberapa menyambutnya dengan positif seperti Rachel Venya dan Andien yang langsung melakukan hal serupa. Namun ada yang menyatakan keberatannya dan menganggap aksi ini mengajarkan mental mengemis kepada publik.

Pembelajaran sosial

Pembelajaran sosial terjadi ketika orang melihat ada perilaku yang menguntungkan sehingga ada tendensi untuk melakukan hal serupa agar mendapatkan keuntungan yang sama.

Dalam hal ini, kebiasaan masyarakat untuk mengambil jalan instan demi memenuhi kebutuhannya dengan menghubungi artis atau selebgram favoritnya.

Sebaliknya, pesohor yang berkaitan, dalam rangka menaikkan rating atau motif apapun, kemudian merespon dengan memberikan barang atau lainnya.

Pemberian tersebut, apalagi jika bentuknya uang, kemudian memenuhi basic need seseorang, menjadi hal yang lalu menjadi tren oleh orang banyak.

Pakar dari Universitas Gadjah Mada ini mengatakan, tren ini sebenarnya menjadi bentuk lain dari give away, hal yang sebelumnya sudah menjadi tren yang biasa di media sosial.

Ciri Lain dar mental pengemis :

1.Pengen hasil instan (termasuk buat dapet cuan).

2.Menggantungkan nasib ke tangan orang lain.

3.Dikir-dikit minta, ujung-ujungnya maksa

4.Berlagak sedih, agar orang lain mengasihani mereka.

5.Selalu ngerasa kurang alias ga pernah cukup

Intinya, berbagi atau nerima bantuan itu sah-sah aja kalo kamu nglakuin ddengan benar. Balik ke diri kita masing-masing, harus bisa kontrol diri dan bijak dalam menganggapinya.

Balik ke kita sendiri, untuk selalu bijak dalam memakai media sosial.